Thursday, January 10, 2013

Kisah nyata: kesaksian TKW Indonesia korban perdagangan manusia

Repost:

Kisah nyata: kesaksian TKW indonesia korban perdagangan manusia

Berikut kisah nyata  seorang TKW Indonesia yang menjadi korban human trafficking di luar negeri yang memberi kesaksian pada dunia melalui PBB...(sumber: www.tempo.co).

Tragedi Memey 1: Korban Trafficking Tampil di PBB

TEMPO.COWina -- Suasana ruang rapat sebesar lapangan basket itu serentak berubah sendu. Film pendek tentang perjalanan hidup Memey, bukan nama sebenarnya, baru saja diputar. Sekitar 100 orang yang hadir terdiam, menunggu si Memey yang larut dalam tangis.

"Saya tidak mau ada Memey-Memey lain," kata Memey di forum diskusi yang digelar Kedutaan Besar Indonesia untuk Austria, dalam rangka Konferensi Negara Pihak Konvensi PBB Anti-Kejahatan Terorganisasi Lintas Negara, di Markas PBB Wina, Austria, Rabu lalu, 17 Oktober 2012.

Wakil Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhamad Iqbal, mengatakan, Memey adalah korban trafficking atau perdagangan manusia pertama yang tampil di forum resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Memey memang sengaja dihadirkan delegasi Indonesia, "Untuk memberi gambaran yang jelas soal korban trafficking," ujar Iqbal, yang mendampingi Memey.

Benar saja. Presentasi film Memey ditambah kesaksiannya di hadapan perwakilan delegasi asing berhasil mendapat simpati luas. Bahkan ada peserta yang sampai menyeka air matanya. "Presentasi Indonesia tadi sangat menyentuh," kata Susan, diplomat asal Hungaria, kepada Tempo.

Di hadapan para delegasi internasional, Memey menyampaikan sepenggal kisah hidupnya. Keberangkatannya untuk bekerja di negeri seberang karena didorong kebutuhan ekonomi. "Saya berasal dari keluarga yang tidak mampu," kata anak ketiga dari enam bersaudara ini.

Perempuan 28 tahun itu juga mengungkapkan betapa pedihnya menjadi korban trafficking. "Tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa," kata perempuang asal Temanggung ini. "Bayangkan saya adalah anak, saudara, atau diri Anda sendiri," ujar Memey.

Oleh karena itu, sebagai korban trafficking, Memey mengajak seluruh delegasi yang hadir untuk berkolaborasi memerangi penyeludupan manusia. "Saya harap Anda semua serius dan bekerja sama melawan human trafficking," kata Memey.

Tragedi Memey 2: Dari Secang Hingga Singapura

TEMPO.COWina -- Sebelum menjadi korban perdagangan manusia di Malaysia, Memey sempat bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Singapura. Nasibnya juga sial. Ia tak menerima penghasilannya sebagai pembantu rumah tangga.

Seusai memberikan testimoni di hadapan delegasi negara-negara pihak Konvensi PBB Anti-Kejahatan Terorganisasi Lintas Negara, Memey membuka kisah pilunya. "Saya bekerja pertama kali sebagai pembantu rumah tangga di Singapura," ujar Memey kepada Tempo di Markas PBB Wina, Austria, Rabu, 17 Oktober 2012 lalu.

Keberangkatan Memey bekerja di luar negeri didorong oleh keadaan ekonomi keluarganya yang sulit. Sebab, penghasilan orang tua Memey sebagai buruh tani tidak cukup untuk membiayai hidup anak-anaknya. "Saya dijanjikan bisa menerima gaji lebih dari Rp 2 juta setiap bulannya," kata perempuan kelahiran Temanggung, 17 Juli 1984, itu.

Dari perkenalannya dengan seorang pedagang ikan asin di Pasar Secang, Magelang, Memey tergiur ajakan bekerja di luar negeri. Melalui seorang penyalur tenaga kerja, pada 2001, Memey berhasil berangkat ke Singapura ketika masih berusia 17 tahun.

Sebelum ke Singapura, Memey sempat menghuni tempat penampungan di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, selama satu bulan. "Paspor dan segala keperluan diurus agen di sana," kata Memey.

Di negeri Singa itu, Memey bekerja selama 1,5 tahun. Ia sempat tiga kali berganti majikan. Tapi, ironisnya, Memey tak pernah mengantongi hasil kerjanya. "Saya tidak terima bulanan," ujarnya. "Saya juga tidak tahu apakah majikan bayar langsung ke agen."

Tak kuat dengan kondisi itu, Memey akhirnya memutuskan pulang. "Ketika pulang, saya cuma dikasih Rp 500 ribu dari agensi," ujar Memey.

Pada 2004, Memey menikah dengan seorang karyawan hotel di Surabaya. Setahun setelah menikah, ia melahirkan putra pertamanya.

Tragedi Memey 3: Tawaran Kilat Nan Menggiurkan

TEMPO.COWina -- Berkeluarga tak membuat kondisi ekonomi Memey membaik. Bahkan cekcok dengan suaminya mendorong Memey kembali berangkat sebagai tenaga kerja informal ke luar negeri.

Pada Maret 2006, Memey berangkat ke Malaysia. Kali ini ia dijanjikan akan dipekerjakan sebagai penjaga toko atau pelayan restoran. "Yang membuat saya tergiur adalah karena tidak harus tinggal di penampungan," kata perempuan kelahiran Temanggung, 17 Juli 1984, itu, di Markas PBB Wina, Austria, Rabu lalu, 17 Oktober 2012.

Tawaran bekerja ke Malaysia didapat Memey dari kenalannya, Suyatmi, yang dikenal sebagai calo di salah satu Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). "Kali ini saya berangkat sebagai perorangan, tidak melalui agen," ujarnya.

Dari Suyatmi, Memey diserahkan kepada seorang perempuan yang bernama Sri dari Magelang. Dari Magelang, Memey diberangkatkan menuju Entikong, Kalimantan Barat, dengan menggunakan kapal laut melalui Semarang. "Saya berangkat bertiga, bersama Yayuk dan Ngaliah," ujar Memey.

Di Entikong, seorang pria yang bernama Masnok menjemput dan mengurus segala keperluan mereka, termasuk paspor. "Saya tidak keluar uang, hanya bermodal KTP (kartu tanda penduduk)," kata Memey. Ketiga perempuan belia itu sempat menginap di sebuah rumah penampungan di Entikong selama empat hari.

Setelah semua keperluan beres, Memey bersama dua temannya dibawa ke perbatasan. Di perbatasan, Memey diserahterimakan kepada empat pria tegap yang diketahui sebagai warga Malaysia. "Mereka seperti bodyguard. Kami dibawa ke Kuching, Malaysia," kata Memey.

Di Kuching inilah kisah sengsara Memey dimulai. Menurut Memey, sampai pada titik ini, dia belum sadar sudah diperdagangkan. "Semuanya terasa normal," kata dia.

Tragedi Memey 4: Saya Dijual Setelah Didandani

TEMPO.COWina -- Memey baru sadar menjadi korban perdagangan manusia setelah berada di Kuching, Malaysia. Perempuan-perempuan muda asal Indonesia dipekerjakan sebagai pekerja seks yang harus melayani tamu.

Sesampai di Kuching, Malaysia, pada pertengahan Maret 2006, Memey bersama dua rekannya ditempatkan di penampungan. "Mirip barak. Cuma ruang besar dengan banyak tempat tidur bertingkat yang berbaris," kata Memey di kantor PBB Wina, Austria, Rabu lalu, 17 Oktober 2012.

Hari berikutnya, bersama lebih dari 10 perempuan lainnya, Memey dibawa ke mal untuk berbelanja kebutuhan. "Saya beli empat pasang baju, dua sepatu, juga lipstik dan bedak," kata Memey. Setelah dari mal, mereka semua dibawa ke salon untuk didandani.

Seusai berdandan, para perempuan korban perdagangan manusia itu diajak makan malam bersama. "Ternyata di situ kami dipamerkan ke pelanggan-pelanggan," kata dia. Memey kemudian dibawa oleh salah seorang tamu ke sebuah hotel. "Saya belum sadar," ujarnya.

Setelah berada di dalam kamar, Memey baru sadar bahwa dia harus menyerahkan tubuhnya kepada pelanggan tersebut. "Dia bilang sudah beli saya dan berhak atas tubuh saya malam itu," ujarnya. Tangis Memey tak membuat si pria hidung belang mengurungkan niatnya. "Saya pasrah saja. Tak bisa melawan."

Keesokan paginya, bodyguard rumah penampungan sudah menjemput Memey di hotel. Kembali ke penampungan, Memey mendapati temannya, Yayuk, histeris dan menangis terus. "Dia akhirnya disiksa bodyguard," kata Memey. "Bahkan dia juga diperkosa ramai-ramai."

Menjadi pekerja seks dan melayani tamu dilakoni Memey setiap hari. "Bahkan pernah dua kali dalam satu malam," kata dia. Memey hanya libur ketika mendapat haid. "Tamu terus ada setiap malam," kata Memey.

Memey tidak tahu penampungan itu berada di sebelah mana Kota Kuching. Pasalnya, perempuan-perempuan korban trafficking tidak bisa melihat dunia luar, kecuali sedang dibawa tamu. Para bodyguard juga menjaga mereka dengan ketat.

Tragedi.Memey 5: Polisi dan Pelanggan Baik Hati

TEMPO.COWina -- Rumah penampungan para perempuan korban trafficking pernah digeruduk polisi Malaysia, dan para penghuninya ditangkap. Belakangan mereka dilepas lagi dan kembali beroperasi.

Menurut Memey, penggerebekan berawal dari kaburnya seorang penghuni yang kemudian melapor ke polisi. "Saya tidak ditangkap polisi karena kebetulan sedang ada pelanggan," kata Memey di kantor PBB Wina, Austria, Rabu lalu, 17 Oktober 2012

Memey mengaku tidak ingat nama rekannya yang berhasil kabur itu. Usaha rekannya itu membuahkan hasil: seluruh isi penampungan kosong. Oleh komplotan, Memey kemudian ditransfer ke tempat penampungan lain. "Ternyata mereka punya beberapa tempat penampungan," kata Memey.

Rekan-rekan Memey yang ditangkap baru dilepas sekitar dua hingga tiga pekan kemudian. "Bos besar turun tangan mengurus," kata Memey tanpa memerinci siapa bos besar yang dimaksud. Menurut dia, jenjang di dunia mafia perdagangan manusia tersusun rapi. Yang sehari-hari menjaga mereka hanya lapisan terbawah.

Memey sendiri mengakui tak pernah berusaha kabur karena punya strategi berbeda. "Strategi saya adalah menangis depan pelanggan dan memohon untuk membebaskan saya," kata dia.

Akhirnya, cara itu berbuah hasil. Salah seorang pelanggan Memey iba dan kerap mem-booking atau membawa Memey keluar dari penampungan. Sesampainya di hotel, si pelanggan meminta Memey beristirahat. "Dia tak menyentuh saya. Bahkan saya dilayani dan dibelikan makanan," kata Memey.

Hingga pada suatu waktu, si pelanggan yang baik hati ini memberikan sebuah telepon seluler kepada Memey. "Siapa tahu nanti berguna untuk hubungi keluarga atau siapa pun," kata Memey menirukan ucapan si pelanggan.

Tragedi Memey 6: Telepon Seluler yang Membebaskan

TEMPO.COWina -- Telepon seluler yang diberikan oleh seorang pelanggan akhirnya berguna buat Memey. Berkat telepon seluler itu, para korban trafficking bisa lolos dari jerat mafia.

Setelah digerebek polisi, bos besar pelaku perdagangan perempuan berencana mengalihkan bisnis haramnya ke Kuala Lumpur. "Kami mau dijual lagi ke Kuala Lumpur," kata Memey ketika ditemui Tempo di kantor PBB Wina, Austria, Rabu lalu, 17 Oktober 2012.

Memey dan teman-temannya mengetahui rencana itu karena menguping dari obrolan di antara pada bodyguard. Rencana itu membuat mereka waswas karena kondisi di Kuala Lumpur tak lebih baik dari di Kuching. "Kami sepakat untuk kabur," kata perempuan asal Temanggung, Jawa Tengah, ini.

Teman Memey, Ade, kemudian menghubungi keluarganya secara diam-diam melalui telepon seluler Memey. Ade adalah korban trafficking yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat. Kebetulan salah seorang kerabat Ade ada yang bekerja di Kuching, Malaysia.

Sehari setelah sambungan telepon itu, polisi kembali menggerebek lokasi penampungan. "Anehnya, ketika polisi menggerebek, tidak ada satu punbodyguard yang berjaga," kata Memey. Diduga rencana penggerebekan polisi sudah diketahui jaringan mafia trafficking.

Bersama sekitar 10 perempuan lainnya, Memey ditahan di kantor polisi Kuching selama dua pekan. Setelah itu, mereka dijemput oleh staf Konsulat Jenderal Indonesia di Kuching. "Kami diberi pembekalan satu minggu di KJRI," kata Memey.

Setelah itu, mereka juga mendapat pembekalan dari IOM (International Organization for Migration) selama tiga pekan di Pontianak, Kalimantan Barat. Mereka juga menjalani tes kesehatan. "Tapi kami tidak dikasih tahu hasilnya," kata Memey.

Setelah dari Pontianak, Memey kemudian dibawa ke Jakarta dan menjalani tes kesehatan di Rumah Sakit Polri Kramat Jati. "Di sini baru ketahuan saya mengidap HIV," kata Memey.

Tragedi Memey 7: Hidup Baru dengan HIV

TEMPO.COWina -- Lepas dari jeratan mafia perdagangan manusia tak membuat hidup Memey menjadi lebih mudah. Mengidap HIV adalah cobaan berat yang harus dijalaninya sepanjang hidup.

Setelah menjadi korban perdagangan manusia di Kuching, Malaysia, Memey kembali ke kampung halamannya di Temanggung, Jawa Tengah, sekitar akhir 2006. Namun cobaan bertubi-tubi datang. Hubungannya dengan suami tak lagi harmonis.

"Saya akhirnya bercerai dengan suami saya," kata Memey di kantor PBB Wina, Austria, Rabu lalu, 17 Oktober 2012.

Menyandang status pengidap HIV dan janda dengan satu anak tak membuat Memey menyerah. Ia berusaha keras mencari tahu soal virus yang menggerogoti kekebalan tubuhnya itu. "Saya bolak-balik Temanggung-Salatiga untuk menjalani rehabilitasi HIV," kata perempuan 28 tahun itu.

Jaringan advokasi pengidap HIV Salatiga didapat Memey dari IOM yang pernah memberi pembekalan di Pontianak. Setelah paham seluk-beluk dunia HIV, pada 2008, Memey akhirnya membentuk kelompok sendiri di Temanggung yang diberi nama Smile Plus. "Awalnya hanya tiga orang, tapi sekarang sudah 54 orang," kata Memey.

Membuat organisasi berisi pengidap HIV bukanlah hal mudah. Bahkan Memey sempat hendak diusir para ulama di sana karena dinilai membawa penyakit. "Tapi akhirnya mereka bisa menerima," kata Memey. Ia bertekad untuk tetap memberi pengertian yang benar soal HIV. "Soalnya pengidap HIV butuh pendampingan," kata dia.

Sebagai penyuluh HIV, pada 2009, Memey bertemu dengan Yogo, sesama pengidap HIV. Mereka kemudian menikah pada 2010 lalu dan dikaruniai anak setahun kemudian.

Bersama-sama mereka menjadi penyuluh HIV di Temanggung dan sekitarnya. "Salah satu wilayah jangkauan yang paling berat adalah Parakan," kata Memey. Di sana, HIV banyak ditularkan melalui jarum suntik.

Memey mengatakan bersedia membeberkan kisah hidupnya agar semua pihak bisa mengerti dan berani melawan mafia perdagangan manusia. Memey juga mengaku tidak dendam dengan orang-orang yang dulu menjerumuskannya. "Memang sudah jalannya," kata dia pasrah.

3 comments:

  1. Ass. Perkenankan saya untuk memohon maaf sebesar - besarnya jika apa yang saya ceritakan nantinya akan membuat anda tersinggung, sebelumnya perkenalkan nama saya Herlina Parawati, saya berasal dari Deli Serdang, saya seorang istri dari ibu 4 orang anak. Awalnya kehidupan keluarga saya sangatlah bahagia. Walaupun penghasilan suami saya hanya mampu mencukupi kebutuhan sehari - hari keluarga kami, saya sangatlah bersyukur dan tak lama kemudian alhamdulillah suami saya diberikan kenaikan jabatan oleh atasannya, kehidupan kami mulai menanjak naik dan kami berpikir untuk membuka usaha. Singkat cerita sekali lagi saya sangat bersyukur sebab usaha ayam bakar yang kami buat sangat laris sehingga mendatangkan keuntungan besar bagi kami sekeluarga. Untuk memperbesar usaha kami, saya dan suami akhirnya memberanikan diri untuk meminjam uang di bank,setelah itu saya mendirikan cabang warung ayam bakar saya di berbagai daerah di Indonesia. Dengan jumlah karyawan kurang lebih 150 orang. Semula perkembangan usaha kami cukup baik, namun setelah setahun kemudian usaha kami mulai meredup dan cabang cabang warung ayam bakar kami mulai tutup satu per satu. Akhirnya usaha kami bangkrut dan menyisakan utang bank yang sangat besar bagi kami sekeluarga. Habis Jatuh Tertimpa Tangga pula suami saya dipecat dan dipenjarakan akibat dituduh menggelapkan uang perusahaan. Akhirnya semua hutang bank dan biaya hidup saya tanggung sendiri membesarkan empat orang anak tanpa suami saya merupakan cobaan yang sangat berat bagi kehidupan saya. saya stres dan hampir memutuskan kejalan yag salah dengan mengakhiri hidup saya sendiri, dalam keterpurukan hidup saya, secara tidak sengaja saya membuka salah satu blog kesaksian dan membaca kolom komentar seseorang yg punya nasib yang sama dengan saya. Dalam komentarnya dia mengarahkan saya untuk menghubungi seorang guru yakni Kyai H. Achmad Mubarak yang membantunya keluar dari masalahnya. Saya mencoba menghubungi pak kyai dan alhamdulillah beliau bersedia membantu saya. Masyaallah berkat bantuan beliau akhirnya semua utang saya lunas dan saya mampu mendirikan usaha kembali , walhasil sekarang saya sudah memiliki aset dimana mana dan memiliki perusahaan yang mengeskpor hasil laut keluar negeri, Semua ini terjadi berkat Allah SWT lewat uluran tangan pak Kyai H. Achmad Mubarak yang begitu tulus dan baik dalam mengarahkan saya keluar dari masalah utang saya. Sebagai wujud Ungkapan rasa syukur dan terima kasih saya, saya akan memberikan nomor beliau kepada anda yang membaca cerita saya ini, jika saudara saudari memiliki masalah seperti saya silahkan hubungi beliau di nomor 0821 2545 0758. Semoga bermanfaat dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin yaa rabbal alamin. Allahu Akbar

    ReplyDelete
  2. Saya Widya Okta, saya ingin bersaksi pekerjaan Tuhan yang baik dalam hidup saya untuk orang-orang saya yang mencari pinjaman di Asia dan bagian lain dari kata itu, karena ekonomi yang buruk di beberapa negara.
    Apakah mereka mencari pinjaman di antara Anda? Maka Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan kredit palsu di internet, tetapi mereka masih asli sekali di perusahaan pinjaman palsu. Saya telah menjadi korban penipuan pemberi pinjaman 6 kredit, saya kehilangan banyak uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka.

    Saya hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang dari hutang saya sendiri, sebelum saya dibebaskan dari penjara dan seorang teman saya yang saya jelaskan situasi saya kemudian memperkenalkan saya kepada perusahaan pinjaman yang dapat diandalkan yaitu SANDRAOVIALOANFIRM. Saya mendapatkan pinjaman saya sebesar Rp900.000.000 dari SANDRAOVIALOANFIRM pada tingkat rendah 2% dalam 24 jam yang saya terapkan tanpa tekanan atau stres. Jika Anda membutuhkan pinjaman, Anda dapat menghubungi dia melalui email: (sandraovialoanfirm@gmail.com)

    Jika Anda memerlukan bantuan dalam proses pinjaman, Anda dapat menghubungi saya melalui email: (widyaokta750@gmail.com) dan beberapa orang lain yang juga mendapatkan pinjaman mereka, Mrs. Jelli Mira, email: (jellimira750@gmail.com). Yang saya lakukan adalah memastikan saya tidak pernah membayar pembayaran cicilan bulanan seperti yang disepakati dengan perusahaan pinjaman.

    Jadi saya memutuskan untuk membagikan karya baik Tuhan melalui SANDRAOVIALOANFIRM, karena dia mengubah hidup saya dan keluarga saya. Itulah alasan Tuhan Mahakuasa akan selalu memberkatinya.

    ReplyDelete
  3. Nama saya Aditya Aulia saya mengalami trauma keuangan karena saya ditipu dan ditipu oleh banyak perusahaan pinjaman online dan saya pikir tidak ada yang baik bisa keluar dari transaksi online tapi semua keraguan saya segera dibawa untuk beristirahat saat teman saya mengenalkan saya. untuk Ibu pada awalnya saya pikir itu masih akan menjadi permainan bore yang sama saya harus memaksa diri untuk mengikuti semua proses karena mereka sampai pada kejutan terbesar saya setelah memenuhi semua persyaratan karena permintaan oleh proses saya bisa mendapatkan pinjaman sebesar 350jt di rekening Bank Central Asia (BCA) saya saat saya waspada di telepon saya, saya tidak pernah mempercayainya, agaknya saya bergegas ke Bank untuk memastikan bahwa memang benar ibu kontak sekarang mengalami terobosan pemanasan jantung dalam kehidupan finansial Anda melalui apakah itu BBM INVITE-nya: {D8980E0B} atau apakah kamu ingin mengkonfirmasi dari saya? Anda bisa menghubungi saya melalui surat saya: {aditya.aulia139@gmail.com} dan juga Anda bisa menghubungi perusahaan ISKANDAR LESTARI LOAN COMPANY (ISKANDAR LENDERS) via: {mail:iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com}

    e_mail:::[aditya.aulia139@gmail.com]
    [iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com]
    WhatsApp:::[+44] 7480 729811[Chats Only]
    Telephone Number☎[+44] 7480 729811[Calls Only]
    BBM INVITE:::[D8980E0B]

    ReplyDelete